sejarah singkat PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE
Pada tahun 1903 di Kampoeng Tambak Gringsing, Surabaya, Ki Ageng Soero Dwiryo
meletakkan dasar bagi gaya Pencak Silat Setia Hati. Sebelum disebut
Setia Hati, latihan Fisik/Gerakan Pencak Silat Setia Hati disebut "Djojo
Gendilo Tjipto Muljo" dan untuk ajaran kerokhanian dan spiritual Setia
Hati disebut "Sedulur Tunggal Ketjer" disingkat STK.[3]
oleh Warga Tk.II pada latihan tingkat Putih PSHT cabang Surabaya di
IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 1994 - 1995, antara lain Mas Ir.
FX.Sentot Sutikno, Mas. Dr. Ir. H.Aliadi,MM dan Mas Panggul</ref>
Pada tahun 1917 Ki Ageng Soerodwirjo pindah ke Madiun dan membangun dan
mendirikan Persaudaraan "perguruan" Silat bernama Persaudaraan Setia
Hati di desa Winongo Madiun.
Pada saat itu Persaudaraan Setia Hati bukanlah/belum menjadi
organisasi, Setia Hati adalah persaudaraan (kadang) saja di antara
siswa, karena pada saat itu organisasi Pencak Silat tidak diizinkan oleh
kolonialisme Belanda. "Setia Hati" berarti Setia pada Hati (diri)
sendiri". Soerodiwirjo lahir keluarga bangsawan di daerah Gresik (versi lain di Madiun) Jawa Timur,
Indonesia, pada kuartal terakhir abad ke-19. Dia dijuluki sebagai
"Ngabei" sebuah gelar bangsawan eksklusif yang diberikan oleh Sultan dan
hanya untuk mereka yang telah membuktikan dirinya layak secara rohani.
Dia tinggal dan bekerja di berbagai lokasi di pulau Jawa dan Sumatera
dan belajar gaya Pencak Silat dari berbagai aliran. Di Sumatera juga
belajar kerokhanian (kebatinan) pada seorang guru spiritual. Kombinasi
ajaran spiritual (kebatinan) dan gaya pencak silat yang terbaik dari
berbagai aliran ini yang menjadi dasar untuk silat Setia Hati. Ki Ageng
Hadji Soerodiwirjo meninggal pada 10 November 1944 di Madiun.
Pada tahun 1922, Ki Hadjar Hardjo Oetomo (pahlawan perintis kemerdekaan 1883-1952), salah satu kadang Setia Hati, meminta izin kepada Ki Ageng Soerodiwirjo untuk mendirikan latihan Setia Hati bagi generasi muda dan diizinkan oleh Ki Ageng Soerodiwirjo, tetapi harus dalam nama yang berbeda. Maka Ki Hardjo Oetomo mendirikan Setia Hati "Pemuda Sport Club"(SH PSC) yang kemudian menjadi Persaudaraan Setia Hati "Pemuda Sport Club" yang berupa sebuah Organisasi. Organisasi ini kemudian disebut Persaudaraan Setia Hati Terate atau PSHT pada tahun 1948 dalam kongres pertama di Madiun. Setelah Perang Dunia II, PSHT terus menyebar ke seluruh Indonesia. Seorang tokoh penting di balik semakin populernya PSHT ini adalah Mas Irsjad yang merupakan siswa pertama Ki Hadjar Hardjo Oetomo. Mas Irsyad ini juga menciptakan 90 Senam Dasar (Basic Exercise), Jurus Belati (Jurus dengan pisau), dan Jurus Toya (Jurus dengan panjang tongkat) yang membedakan dengan Setia Hati di Winongo. Salah satu siswa Mas Irsjad adalah Mas Imam Koesoepangat (1939-1987) pemimpin spiritual dari PSHT yang turut berjasa membesarkan PSHT. Penggantinya, Mas Tarmadji Boedi Harsono(1987-2014), Saat ini dewan pusat organisasi PSHT dipimpin oleh Kolonel Inf (Purn.) Mas Richard Simorangkir sampai pada Parapatan Luhur digelar pada tahun 2014.
Pada tahun 1922, Ki Hadjar Hardjo Oetomo (pahlawan perintis kemerdekaan 1883-1952), salah satu kadang Setia Hati, meminta izin kepada Ki Ageng Soerodiwirjo untuk mendirikan latihan Setia Hati bagi generasi muda dan diizinkan oleh Ki Ageng Soerodiwirjo, tetapi harus dalam nama yang berbeda. Maka Ki Hardjo Oetomo mendirikan Setia Hati "Pemuda Sport Club"(SH PSC) yang kemudian menjadi Persaudaraan Setia Hati "Pemuda Sport Club" yang berupa sebuah Organisasi. Organisasi ini kemudian disebut Persaudaraan Setia Hati Terate atau PSHT pada tahun 1948 dalam kongres pertama di Madiun. Setelah Perang Dunia II, PSHT terus menyebar ke seluruh Indonesia. Seorang tokoh penting di balik semakin populernya PSHT ini adalah Mas Irsjad yang merupakan siswa pertama Ki Hadjar Hardjo Oetomo. Mas Irsyad ini juga menciptakan 90 Senam Dasar (Basic Exercise), Jurus Belati (Jurus dengan pisau), dan Jurus Toya (Jurus dengan panjang tongkat) yang membedakan dengan Setia Hati di Winongo. Salah satu siswa Mas Irsjad adalah Mas Imam Koesoepangat (1939-1987) pemimpin spiritual dari PSHT yang turut berjasa membesarkan PSHT. Penggantinya, Mas Tarmadji Boedi Harsono(1987-2014), Saat ini dewan pusat organisasi PSHT dipimpin oleh Kolonel Inf (Purn.) Mas Richard Simorangkir sampai pada Parapatan Luhur digelar pada tahun 2014.
Komentar
Posting Komentar